Thursday, September 12, 2013

Hubungan Antara Desain Sayap Dengan Misi Terbang


desain sayap
Sayap merupakan komponen utama yang menghasilkan gaya angkat (lift) pada pesawat terbang. Saat mesin dinyalakan akan dihasilkan gaya dorong (trust) sehingga pesawat bergerak maju. Saat pesawat bergerak ke depan tersebut, udara yang melewati sayap akan menghasilkan tekanan ke atas sehingga sebuah pesawat dapat terangkat dan akhirnya lepas landas. Adanya tekanan udara yang mengarah ke atas ini disebabkan oleh bentuk penampang sayap yang dirancang sedemikian rupa sehingga mampu memiliki karakter sebagaimana yang telah disebutkan di atas. Secara umum seperti itu lah prinsip kerja sebuah sayap pesawat terbang.
 
Meskipun demikian, anda mungkin jadi bertanya : kalau ternyata pada prinsipnya sama, kenapa bentuk (jika dilihat dari atas) dan penempatan sayap terlihat berbeda beda? Nah, meskipun bentuk maupun pemasangan sayap terlihat berbeda-beda namun seorang perancang tidak pernah meninggalkan prinsip utamanya, yaitu agar sayap bisa menghasilkan gaya angkat. Terkait dengan bentuk dan pemasangan yang berbeda-beda, itu lebih mengarah pada misi yang akan dituju oleh pesawat terbang. Nah berikut ini hubungan berbagai bentuk sayap dengan misi terbang sebuah pesawat udara.

Pesawat terbang dengan sayap lurus (straight wing), yakni lebar sayap pada pangkal dan pada ujungnya relatif sama biasanya digunakan untuk penerbangan dengan kecepatan rendah. Mesinnya pun akan menyesuaiakan bentuk sayap tersebut yaitu dengan cukup memakai mesin baling-baling (propeller) yang mana gaya dorong yang dihasilkan tidak begitu besar. Desain sayap seperti ini biasanya dipakai untuk pesawat latih dan pesawat glider.

Sementara itu pesawat dengan desain sayap taper (sayap pangkal lebih lebar daripada sayap ujung) biasa digunakan untuk penerbangan menengah hingga jauh, dengan kecepatan menengah hingga kecepatan tinggi pula. Sayap taper ini biasanya masih ditambah dengan adanya sudut swept back. Mesin yang dipakai pesawat ini bisa jenis propeller ataupun jet. Desain sayap seperti ini biasanya dipakai untuk pesawat penumpang baik jarak pendek (biasanya dengan mesin baling-baling seperti pesawat CN-212, CN-235 dan N-250 PTDI) maupun jarak menengah hingga antar benua (umumnya memakai mesin jet seperti pesawat Boeing 737 series, Airbus A-320 series, Airbus A-380 dan Boeing B-747 series).

Lain lagi dengan pesawat dengan desain sayap yang terpasang di atas.  Biasanya ini digunakan untuk pesawat kargo. Pemasangan sayap seperti ini sangat mendukung misi angkutan kargo karena akan memudahkan bongkar muat tanpa harus terganggu oleh sayap. Pemasangan sayap di atas seperti ini juga biasanya dipakai untuk pesawat bermesin baling-baling, karena dengan demikian jarak baling-baling masih cukup jauh dari bawah (ground). Sebagai contohnya  adalah pesawat angkut berat C-130 Hercules yang dioperasikan TNI AU.

Sedangkan untuk sayap pesawat yang terlihat runcing atau sudut swept back nya besar, biasanya digunakan untuk pesawat dengan misi tempur. Desain sayap seperti ini memungkinkan pesawat terbang dengan kecepatan sangat tinggi tanpa adanya getaran sayap yang berarti dan bisa bermanuver dengan sangat responsif.

Terakhir, anda mungkin pernah melihat pesawat yang di ujung sayapnya terdapat tambahan berupa sayap kecil yang menghadap ke atas. Sayap tambahan tersebut biasa disebut dengan winglet. Winglet ini sendiri merupakan salah satu temuan baru yang berfungsi untuk mengurangi daya hambat (drag) yang terjadi pada ujung sayap. Dengan berkurangnya daya hambat ini berarti pesawat akan lebih hemat bahan bakar yang mana pada salah satu penelitian hingga mencapai 7% lebih irit. Model sayap seperti ini pada prinsipnya bisa diaplikasikan pada jenis pesawat apa saja. Banyak pesawat generasi baru memakai winglet ini untuk mengurangi beban operasionalnya, seperti misalnya Boeing 737-NG (jenis armada baru yang saat ini paling banyak dipakai maskapai Lion Air). 


Tulisanku yang lain :



No comments:

Post a Comment