Meskipun demikian, anda mungkin jadi bertanya : kalau
ternyata pada prinsipnya sama, kenapa bentuk (jika dilihat dari atas) dan
penempatan sayap terlihat berbeda beda? Nah, meskipun bentuk maupun pemasangan sayap
terlihat berbeda-beda namun seorang perancang tidak pernah meninggalkan prinsip
utamanya, yaitu agar sayap bisa menghasilkan gaya angkat. Terkait dengan bentuk
dan pemasangan yang berbeda-beda, itu lebih mengarah pada misi yang akan dituju
oleh pesawat terbang. Nah berikut ini hubungan berbagai bentuk sayap dengan
misi terbang sebuah pesawat udara.
Pesawat terbang dengan sayap lurus (straight wing), yakni
lebar sayap pada pangkal dan pada ujungnya relatif sama biasanya digunakan
untuk penerbangan dengan kecepatan rendah. Mesinnya pun akan menyesuaiakan
bentuk sayap tersebut yaitu dengan cukup memakai mesin baling-baling
(propeller) yang mana gaya dorong yang dihasilkan tidak begitu besar. Desain
sayap seperti ini biasanya dipakai untuk pesawat latih dan pesawat glider.
Sementara itu pesawat dengan desain sayap taper (sayap
pangkal lebih lebar daripada sayap ujung) biasa digunakan untuk penerbangan
menengah hingga jauh, dengan kecepatan menengah hingga kecepatan tinggi pula.
Sayap taper ini biasanya masih ditambah dengan adanya sudut swept back. Mesin
yang dipakai pesawat ini bisa jenis propeller ataupun jet. Desain sayap seperti
ini biasanya dipakai untuk pesawat penumpang baik jarak pendek (biasanya dengan
mesin baling-baling seperti pesawat CN-212, CN-235 dan N-250 PTDI) maupun jarak
menengah hingga antar benua (umumnya memakai mesin jet seperti pesawat Boeing
737 series, Airbus A-320 series, Airbus A-380 dan Boeing B-747 series).
Lain lagi dengan pesawat dengan desain sayap yang
terpasang di atas. Biasanya ini
digunakan untuk pesawat kargo. Pemasangan sayap seperti ini sangat mendukung misi
angkutan kargo karena akan memudahkan bongkar muat tanpa harus terganggu oleh
sayap. Pemasangan sayap di atas seperti ini juga biasanya dipakai untuk pesawat
bermesin baling-baling, karena dengan demikian jarak baling-baling masih cukup
jauh dari bawah (ground). Sebagai contohnya
adalah pesawat angkut berat C-130 Hercules yang dioperasikan TNI AU.
Sedangkan untuk sayap pesawat yang terlihat runcing atau
sudut swept back nya besar, biasanya digunakan untuk pesawat dengan misi
tempur. Desain sayap seperti ini memungkinkan pesawat terbang dengan kecepatan
sangat tinggi tanpa adanya getaran sayap yang berarti dan bisa bermanuver
dengan sangat responsif.
Terakhir, anda mungkin pernah melihat pesawat yang di
ujung sayapnya terdapat tambahan berupa sayap kecil yang menghadap ke atas.
Sayap tambahan tersebut biasa disebut dengan winglet. Winglet ini sendiri
merupakan salah satu temuan baru yang berfungsi untuk mengurangi daya hambat
(drag) yang terjadi pada ujung sayap. Dengan berkurangnya daya hambat ini
berarti pesawat akan lebih hemat bahan bakar yang mana pada salah satu
penelitian hingga mencapai 7% lebih irit. Model sayap seperti ini pada
prinsipnya bisa diaplikasikan pada jenis pesawat apa saja. Banyak pesawat
generasi baru memakai winglet ini untuk mengurangi beban operasionalnya,
seperti misalnya Boeing 737-NG (jenis armada baru yang saat ini paling banyak
dipakai maskapai Lion Air).
Tulisanku yang lain :
No comments:
Post a Comment