Lembaga Penerbangan dan
Antariksa Nasional (Lapan) sebelumnya masih dalam tahap pengujian roda
pendaratan purwarupa untuk pesawat N219 yang tengah digarap bersama PT.
Dirgantara Indonesia. Dikarenakan proses ini memakan waktu yang tidak singkat,
maka pesawat prototipe N219 belum dapat diuji terbang pada Hari Kebangkitan
Nasional (Harteknas) ke 21.
( lihat juga : fungsi winglet pada pesawat terbang )
Pengujian yang dimaksud
adalah pengujian drop test untuk melihat seberapa besar performa landing gear
dalam menahan beban dinamis pesawat terbang saat mendarat. Pengujian yang
dilakukan di laboratorium milik Lapan ini lebih dikenal dengan istilah Dummy
Test.
Teknologi Roda pendaratan
bisa dibilang sebagai teknologi baru di Indonesia yang mana ini sebagai salah
satu teknologi kunci/inti dalam industri pesawat terbang. Sehingga pengujian
ini perlu mendapatkan perhatian yang serius dan tidak perlu terburu-buru.
( lihat : mengoptimalkan 7 bandara di jawa tengah )
Secara struktur dan
desain, baik purwarupa maupun asli adalah sama. Yang sedikit membedakan adalah
kualifikasi bahannya saja. Perbedaan ini nantinya akan mempengaruhi batas usia
struktur serta kekuatan penuh dalam menerima beban maksimum.
Main Landing Gear (MLG) untuk pesawat N219 dibuat oleh konsorsium industri
swasta yang ada di Tangerang dan Bandung. Pihak konsorsium ini bertugas
memproses bahan-bahan pembuatan roda pendaratan utama yang disuplai oleh PTDI.
Sebelum membuat yang
asli, pihak konsorsium akan membuat yang versi purwarupa terlebih dahulu untuk
dilakukan pengujian sehingga dapat terlihat bagaimana kekuatannya dalam menahan
beban. Tujuannya tentu saja di samping untuk mendapatkan kuaklifikasi yang
diharapkan juga untuk memastikan tidak terdapat cacat produk yang bersifat
masal.
Artikel Terkait : Alamat Kantor Susi Air
No comments:
Post a Comment