(ilustrasi) |
Sudah sejak lama persaingan antara dua raksasa
industri penerbangan ini memanas. Dua perusahaan pembuat pesawat terbang itu
adalah Boeing yang berpusat di Amerika serikat dan Airbus yang berpusat di
Perancis. Pada tahun-tahun sebelumnya, persaingan itu terjadi pada dua jenis
pesawat raksasa, yaitu pesawat Airbus A-380 dengan dua tingkat dek dari depan
sampai belakang, dengan pesawat Boeing 747-800 dengan dek bertingkat juga, namun hanya dari depan hingga
setengah badan saja. Pada level lain juga terjadi persaingan antara A-320/A-321
Airbus dengan Boeing 737 NG.
Kabar baru-baru ini menyebutkan bahwa persaingan
dua perusahaan rakssasa itu terjadi antara Boeing 777X dengan Airbus A-350-1000.
Entah seperti apa nanti jadinya persaingan tersebut. Siapa yang nantinya akan
mendapatkan order terbanyak masih menjadi dugaan dan tanda tanya.
Berbicara masalah produk pesawat terbang, maka ada
perbedaan mendasar pada dua Industri pesawat tersebut. Airbus memakai teknologi
sistem pengendalian fly by wire (seperti pesawat N-250 buatan PTDI) sedangkan
Boeing memakai sistem yang lebih sederhana yaitu sistem hidrolik. Namun
imbasnya, teknologi fly by wire memungkinkan perawatan yang lebih kompleks.
Sebaliknya pesawat boeing dengan sistem pengendalian hidroliknya lebih
sederhana dalam perawatan.
Indonesia sendiri melalui PTDI pernah di masa lalu
memiliki kerjasama dengan Boeing. Namun saat ini PTDI dapat dikatakan bergeser
untuk bekerjasama dengan pihak Airbus maupun anak perusahaannya. Kerjasama itu
seperti pembuatan komponen-komponen pesawat Airbus yang dikerjakan di PTDI.
Kalau sekarang persaingan sengit antara perusahaan
pembuat pesawat terbang terjadi secara besar-besaran antara Boeing dan Airbus,
maka PTDI (serta pemerintah) dengan berbekal kemauan yang sekeras baja akan
masuk dalam peta persaingan sengit tersebut sehingga menjadi Airbus vs Boeing
vs Dirgantara Indonesia dalam 5 tahun ke depan. Penulis melihat kunci utamanya
adalah cara pandang pemerintah dalam mengelola bisnis industri strategis ini
yang secara langsung akan mempengaruhi seberapa besar dukungan yang ditelurkan
melalui kebijakan-kebijakan mereka.
Kemudian diperlukan pula jiwa-jiwa muda yang
sanggup mempercepat pengembangan industri ini dengan menciptakan
penemuan-penemuan terbaru. Apa-apa yang seharusnya selesai dalam lima belas
tahun akan dapat selesai dalam 5 tahun saja. Itu sekali lagi butuh yang namanya
kemauan yang sekeras baja serta menolak segala bentuk intervensi asing.
baca juga :
No comments:
Post a Comment